Halaman

Rabu, 22 Oktober 2008

Al AQSHA HAQQUNA

Dalam Al-Qur’an Al-Karim puluhan ayat yang menjelaskan bahwa semua Nabi itu dalam satu kesatuan, mengakui semuanya, dan merupakan makhluq yang termulia. Serta meniadakan dari setiap usaha pencitraan buruk kepada Nabi dari sebagian manusia yang dilekatkan kepadanya. Al-Qur’an juga bercerita kepada orang Islam dan apa yang ia jumpai dari siksaan fisik dan non fisik untuk memberikan ilham kepada orang Islam agar mengikuti jejaknya. Karena risalah Nabi-nabi dari Nuh hingga Muhammad adalah risalah yang satu bersumber dari sumber yang satu, dan bertujuan dengan satu tujuan dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian, bertolak dari iman yang sempurna kita berdiri tegak untuk membela semua warisan dan tempat-tempat suci agama samawi, karena perintah agama kita yang berperan sebagai babak pemangkas dalam serial wahyu langit, dan yang membawa pengikutnya (akibat perannya) bertanggung jawab kemanusiaan secara umum (menyeluruh): Allah SWT berfirman : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya Dia telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (ikutlah) agama orang tuamu Ibrahim Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu” (Al-Hajj : 78).
Sesungguhnya hakekat tanggung jawab umum ini dan nilainya amat jelas bila di bandingkan dengan perilaku Yahudi dengan Nabi-nabi, yaitu suatu perilaku yang tidak melegitimasi sedikitpun kepada mereka terhadap pembelaan atau penguasaan atas tempat-tempat suci agama yang manapun di atas bumi ini.Sungguh Taurat sendiri serta Injil dan Al-Qur’an juga mensifati mereka (Yahudi) dalam banyak tempat bahwa mereka sebagai ; “pembunuh Nabi-nabi” dan menjelek-jelekkan mereka, dan “anak-anak ular” dan “sesat dan buta” dan “menampakkan kekafirannya”.
Coba perhatikan, beberapa ayat yang pernah tertulis dalam kitab suci Yahudi sendiri, memberikan sifat yang buruk kepada orang-orang Yahudi.
“Tuhan berkata : Inilah Aku pembawa kejelekan kepada Ursyulem, dan Yahudza dan Aku mendorongkan mereka kepada tangan-tangan musuh-musuh mereka sebagai ghanimah (rampasan perang) dan santapan bagi semua musuh-musuhnya; karena mereka berbuat keburukan di matak Ku”.Dalam Taurat : “Inilah Aku pembawa keburukan atas tempat ini dan bangsanya sebab mereka telah meninggalkan Ku, dan mengadakan Tuhan-tuhan lain supaya mereka menjadikan Ku marah karena perbuatan tangan-tangan mereka, maka tersulutlah marah Ku atas tempat ini dan tidak padam”.Dan tertulis dalam buku-buku sejarah mereka bahwa mereka telah membunuh banyak dari Nabi-nabi antara lain : Hizrial, Asy’ia bin Amus, Armia, Zakaria, Yahya bin Zakaria sebagaimana mereka juga berusaha membunuh Isa dan Muhammad kepada keduanya shalawat dan salam Allah. Dan mereka bersepakat menentang (melawan) keduanya dan pengikut-pengikut keduanya.
Dan di dalam Taurat bahwa Israel (nabi Ya’qub) berketetapan untuk membinasakan orang-orang Arab Kan’an dan tidak memberi hidup bagi Kan’an walaupun seandainya orang-orang Arab memeluk Yahudi, karena Yahudi agamanya Israel saja, ini jelas diselewengkan, sebab Ya’qub Nabi Allah dan tidak terlahir darinya tindakan-tindakan yang dzalim.
Dan di “kitab suci” mereka juga disebutkan bahwa manusia selain Yahudi adalah anjing-anjing dan melayani untuk Yahudi dan termasuk pokok agama. Taurat menyatakan dengan lisannya Yahudi : Kami tidak mengambil tanah miliknya orang-orang Arab dan tidak menguasai sesuatupun milik orang lain, akan tetapi ia adalah warisan bapak moyang kami yang dikuasai musuh-musuh kami dengan dzalim”.Sedang “Talmud” ia adalah kitab suci kedua mereka menyatakan kepada mereka : “semua bangsa terlaknat, dan diberikan bangsa Yahudi”.Lalu apakah manusia bisa percaya akan ajaran-ajaran kitab-kitab suci mereka atas warisan agama atau atas warisan peradaban manusia?. Al-Qur-an Al-Karim mengatakan : Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang tidak dibenarkan”. Dan apakah manusia akan baik sedang posisi mereka (seperti ini) untuk mengayomi warisan para nabi? Dan dimana posisi Islam dan orang-orang Islam dari posisi Yahudi dan orang-orang Yahudi? Lalu siapakah yang lebih berhak (utama) untuk menjaga warisan ini dan memeliharanya? Dan orang-orang Islam sejak empat belas abad memandang ke Baitul Maqdis dengan pandangan penyucian, yang mana Baitul Maqdis adalah pusat warisan-warisan agama besar yang wajib dilidunginya. Mereka menghubungkan dengan tali yang kuat antara Al-Masjidil Haram di Makkah dan Al-Masjidil Al-Aqsha di Quds, dan mereka melihat Al-Quds dengan penglihatan kepada keduanya sama dengan pandangan mereka terhadap Makkah. Kepada keduanya dianjurkan untuk memperbanyak bepergian, dan di keduanya warisan agama yang terpampang dalam sejarah, jika Aful-Anbiya’ Ibrahim telah meletakkan sendi-sendi Ka’bah di Makkah maka sesungguhnya bahwa jasadnya yang mulia berdiam melekat dekat dengan al-Quds yaitu di Al-khalil. Sebagaimana pendapat sebagian besar dari kita dan para ahli sejarah. Jika orang-orang Islam di seluruh penjuru bumi mereka shalat menghadapkan wajahnya ke al-Masjidil Haram, sesungguhnya mereka tidak melupakan bahwa Nabi mereka “Muhammad” SAW dan para salaf yang shaleh pernah menghadap ke al-Masjid al-Aqsha qiblat pertama dari dua qiblat sebelum turunnya ayat-ayat yang menentukan qiblat ke Ka’bah, dan di kata Rasul SAW telah mengabdikan peristiwa itu dengan bangunannya “Masjid al-Qiblatain sebagai saksi hidup adanya ikatan agamis antara Makkah dan al-Quds dan antara Masjidil Haram dan Masjidil al-Aqsha. Bila seorang Muslim ingat dengan perasaan agamanya yang menyeluruh dan kesadaran sejarah Islam nya, maka ketika ingat Bait al-Maqdis berarti ingat pula akan tempat Allah berbicara langsung dengan Musa, dan memberi taubat kepada Daud dan Sulaiman, dan menggembirakan Zakaria dengan Yahya, dan menundukkan gunung dan besi untuk Daud, dan mewasiatkan Ibrahim dan Ishaq agar di makamkan di dalamnya, di dalamnya pula lahir Isa dan berbicara dalam buaian, dan turun kepadanya al-maidah (hidangan dari langit) dan di angkatnya Isa ke langit, dan tempat meninggalnya Maryam, inilah sikap seorang muslim terhadap Nabi-nabi dan peninggalan-peninggalannya dan Baitul Maqdis. Yaitu sikap penghargaan dan pensucian serta rasa bertanggung jawab terhadap agama dan sejarah.
Dan lawan dari sikap penyanjungan Islam terhadap Baitul Maqdis, para Nabi dan orang-orang pilihan yang berhubungan dengannya, ialah sikap Yahudi yang menyiksa dan menghina semua hamba-hamba Allah yang baik yang disebutkan di atas.
Jika bukan karena pertolongan Allah kepada mereka, tidak mungkin mereka mampu menjalankan risalahnya, dan jika tidak karena penyucian Al-Qur’an dan pembelaannya kepada mereka tentu akan sampailah sejarah mereka yang buruk pengaruh dari penyelewengan dan kedzaliman Yahudi atas mereka sebagaimana kita dapatkan dari Taurat mereka dalam teks-teks yang terdahulu.Seorang Muslim, seharusnya merasakan bertanggungjawab dalam agama secara menyeluruh terhadap Bait al-Maqdis yang keberadaannya sebagai pusat dasar untuk peninggalan (warisan) Nabi-nabi. Kewajiban ini bukan hanya milik muslimin yang ada di Palestina, tapi juga seluruh muslimin di dunia. Sebab Masjid Al-Aqsho adalah hak seluruh kaum muslimin, seperti halnya Masjidil Haram dan Masjid Nabi.Sesuai dengan ajaran-ajaran Islam bahwa bukan termasuk seorang muslim siapa yang tidak membela/melindungi warisan Nabi-nabi (semua nabi) dari kehancuran fisik atau pemburukan ma’nawi, yaitu usaha yang di upayakan oleh Yahudi di setiap sejarahnya sebatas pemikiran ketika mereka merubah Taurat, dan mulailah mengarang Talmud dan mengisinya dengan apa yang tidak diridhai Allah dan tidak diterima agama langit manapun, dan Yahudi merealisasikan sikap-sikap jahatnya ketika mereka menebar kerusakan diseluruh negeri-negeri Allah, memerangi Nabi-nabi, menyalakan api peperangan-peperangan dan menjadikan diri mereka sebagai bangsa Allah yang dipilih.Sedangkan Yahudi menganggap bangsa lainnya sederajat dengan anjing dan sapi, karena itu wajib bagi seorang muslim yang benar jihadnya untuk melindungi dan mempertahankan syariat Allah, mengembalikan dan mempertahankan Masjidil Aqsho ke pangkuan Muslimin, serta membela saudara-saudara muslim kita yang tertindas di sekitarnya. Al-Aqsho Haquna. Imam S

Sabtu, 18 Oktober 2008

menyambut ramadhan

Perhatian-perhatian…..
Diberitahukan kepada para penumpang RAL (Ramadhan Air Line) dg nomor penerbangan 1429H
Bhw perjalanan akan ditempuh dalam waktu satu hari lagi.
Ketinggian jelajah amal DILIPATGANDAKAN. Dengan 7an taqwa.
Para penumpang diharap tetap mengenakan sabuk AMANAH & menegakkan kursi IMAN & IKHLAS.
Penerbangan ini bebas asap DENGKI.
Atas nama awak kabin yang bertugas,
Kami ucapkan “SELAMAT MENIKMATI BONUS-BONUS PAHALA. SEMOGA SELAMAT SAMPAI TUJUAN”
MINAL AIDIN WALFAIDZIN.